Monday, November 1, 2010

BAHAGIA BERSAMA HARTA

Tidak jarang diantara kita menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk mencari dunia, pergi subuh pulang malam, lupa shalat, lupa doa, dan lupa Allah Swt. Seolah-olah dengan harta semua keinginan di dunia dapat dibeli dan semua persoalan dapat diselesaikan.


"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan pada apa-apa yang di ingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi Allah-lah tempat kembali
yang baik (surga)." - QS. 3 (Ali Imran) :14

Padahal manusia adalah makhluk yang selalu merasa kurang dan tidak pernah merasa cukup. Sebaliknya, ada juga diantaranya yang hanya berdiam di masjid terus-menerus tak pernah keluar mencari kehidupan, ia hanya pasrah seolah-olah berbagai persoalan akan terkikis habis dengan doa-doa yang mereka panjatkan. Dan disisi lain ada pula diantara kita yang rajin shalat, puasa dan ibadah ritual lainnya, namun dalam aspek kehidupannya tidaklah berjalan sesuai dengan aturan agama, dia masih curang tidak jujur, korupsi, berzinah, memakan riba, dan perbuatan haram lainnya.

Sepatutnyalah kita menyeimbangkan antara kebutuhan duniawi -karena ada hak kita didalamnya- dengan kebutuhan ukhrawi (akhirat) -karena disanalah tempat kita yang abadi-. Keseimbangan hidup inilah yang akan mengantarkan kita kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Islam menganjurkan umatnya menuntut ilmu dan mencari nafkah. Islam juga menginginkan umatnya menjadi umat yang kuat sehingga tidak bergantung dan menjadi beban orang lain. Islam menginginkan umatnya bekerja untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. agar dapat lebih banyak berbuat kebaikan untuk dirinya dan orang lain.

"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." QS.62:10

Konsep Islam tentang dunia adalah sebagai ladang untuk menanam, yang hasilnya akan di panen dalam kehidupan akhirat. Orang yang bekerja tanpa didasari iman akan hidup seperti robot mekanik, ia tidak mampu menemukan hakikat dan tujuan hidupnya. Aktifitasnya kosong dan hampa tanpa tujuan yang hakiki. Untuk apa bersusah payah bekerja dan menumpuk harta yang tidak akan ia bawa pada saat kematian menjemputnya. Jerih payahnya akan sia-sia, bagaikan debu ditiup angin kencang.

Harta akan memiliki nilai jika digunakan secara tepat untuk mendukung peran kekhalifahannya dimuka bumi, zakat, infak, sedekah dan wakaf (ziswak). Karena Allah Maha Kaya, maka keberadaan manusia dihadapan-Nya diukur dari tingkat ketakwaannya. Allah Maha Kaya maka Dia tidak melihat besar kecilnya ZISWAK, namun yang dinilai adalah niat dan ketulusan kita dalam memberi.


Manusia yang kaya adalah mereka yang hidupnya senantiasa mengalirkan rezeki dan manfaat bagi orang lain. Berbahagialah orang yang selalu memberi daripada menerima karena "tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah." Banyak sekali orang yang berkelimpahan harta namun tidak ada keberkahan didalam hidupnya. Orang seperti ini sebenarnya miskin dan layak dikasihani. Pada hakikatnya, setiap rezeki yang diterima terdapat hak orang lain di dalamnya, kita hanyalah sekedar alat saluran, pipa tempat mengalirnya rezeki bagi orang lain.

Diantara rahasia hidup bahagia adalah dimana kita tidak menyiksa diri dengan berbagai keinginan, nafsu atau ambisi yang mecelakakan diri. Hiduplah hemat dan senantiasa mensyukuri nikmat Allah. Sejatinya hidup di dunia ini ibarat seorang musafir, seorang yang hanya menumpang sementara di dunia yang fana. Seorang musafir tidak mempunyai ambisi untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Dia tidak perlu membawa bekal yang banyak tetapi seperlunya saja, karena perjalanan ini hanya sementara menuju kepada kekekalan. Seluruh hidupnya digunakan untuk berinvestasi bagi kehidupan yang akan datang di akhirat, bukan kehidupan saat ini di dunia. Menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang dimiliki, melainkan karena apa yang bisa diberikan kepada orang lain. Ketika seseorang sudah sampai ke tahapan ini, sejatinya dia telah mengerti betul makna hidup yang hakiki.

Mereka yang memiliki kemampuan mengendalikan nafsu pribadinya akan menjadi manusia yang mudah bersyukur dan menjadikan dirinya selalu merasa hidupnya berkecukupan, damai dan mendapat ketenangan jiwa.


~Prof.Dr.H. Nasaruddin Umar, MA ~

0 comments:

  © Blogger template 'Isolation' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP